Suatu ketika, seorang lelaki paruh baya, memanggul gulungan poster dan brosur pariwisata dari kampung halamannya. Dia terus saja membawanya menuju pesawat. Dia harus dekat dengan barang bawaannya ini. Karena menurutnya, barang itu akan menjadi cikal bakal masa depan daerahnya”. Dialah Hugua, lelaki yang membawa sendiri lembaran promosi wisata daerahnya. Figur ini bukan sembarangan, dia adalah Bupati Kabupaten Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Kisah di atas saya kutip dari seorang sahabat yang dekat dengannya, dia juga seorang aktivias LSM di Makassar. Pada hari Jumat, 22 Januari 2010 lalu, sahabat itu pula yang mengirimkan pesan singkat saat dalam perjalanan dari Kabupaten Takalar, “saksikan Hugua malam ini di MetroTV pada acara Kick Andy”. Senang dengan kabar ini, lalu memforwardnya kepada sahabat-sahabat tercinta bahkan menjadikannya status di Facebook.

Acara yang tidak sempat saya tonton karena tertidur. Walau tidak menontonnya, saya bisa paham mengapa lelaki ini jadi bintang di Kick Andy, Dia bukan Bupati biasa, segudang ide dan dipuja oleh rakyatnya. Namanya selalu dibicarakan para aktivis pemberdayaan masyarakat. Basis kegiatannya selalu menarik perhatian orang. Perhatian itu semakin tersedot saat beliau oleh warga Kabupaten mendaulatnya menjadi Bupati Kepulauan Wakatobi, satu kabupaten baru pecahan Kabupaten Buton.

Cobalah browsing nama “Bupati Hugua” di Internet. Atau kalau mau tepat, “Bupati Hugua Wakatobi”. Ratusan sumber akan melayani anda untuk melacak siapa Hugua dan apa itu Wakatobi. Hugua adalah Bupati paling sukses di Indonesia Timur. Berbagai penghargaan dan prestasi telah ditorehkannya. Wakatobi, satu gugus pulau yang terdiri dari nama Pulau Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Empat pulau besar sebagai penopang kabupaten kepulauan di tenggara pulau Sulawesi.

Sedangkan Wakatobi, adalah Taman Nasional Laut dibawah naungan Departemen Kehutanan (koq bisa ya?) dan belakangan ini menjadi incaran para penikmat pariwisata laut karena pengelolaan dan daya dukung sumberdaya alam lautnya yang memanjakan para penyelam dan petualang kelautan.

Tidak Mudah

Beberapa tahun lalu, antara tahun 2006- 2007, suhu politik di Kabupaten Kepulauan Wakatobi memanas. Prokontra pelantikan Hugua, Bupati terpilih itu tak henti diberitakan bahkan bom sempat mengancam jiwanya. Mengenang cerita itu, sepertinya semacam kilas balik yang manis. Kini, Hugua bersama dua orang gubernur, sembilan bupati dan delapan walikota memperoleh MDGs award pada tanggal 23 Desember 2009.

Bukan hanya pada aspek pendidikan dan kesehatan, Hugua sangat berjasa dalam konservasi lingkungan laut seperti terumbu karang dan asosiasinya. Hugua terima penghargaan dari World Wildlife Fund (WWF), dia dianggap sebagai bupati yang komit pada pembangunan berbasis lingkungan dengan berhasil melakukan terobosan demi perbaikan kualitas hidup masyarakat. Presiden SBY pernah pula memberi ganjaran pada Hugua satu “Satya Lencana Pembangunan” pada 17 Agustus 2008.

Di bawah kendali Hugua, Wakatobi melaju di berbagai sektor sektor, salah satunya, sektor pariwisata. Pada sektor ini kabupaten berpenduduk sekitar 100.000 jiwa ini berhasil melampaui beberapa kabupaten yang telah lama berdiri. Dengan sarana dan prasaran bandara yang tergolong panjang, pesawat berbadan lebar supaya mampu menjangkau ibukota Kabupaten. Tentu ini akan menjadi pemicu semakin banyaknya wisatawan yang datang ke negeri pulau itu.

Jika wisatawan datang berarti pundi-pundi ekonomi rakyat akan bertambah. Hugua tahu persis bahwa bandar udara adalah kuncinya maka Bandara Matahora di Wangi Wangipun diperluas, dan kunjungan wisata dari turis mancanegarapun silih berganti. Dari berbagai sumber diperoleh informasi bahwa jika sebelum Bandar udara itu diperluas, wisatawan yang datang hanya 3.000-an namun saat ini telah mencapai angka 20.000an.

Kenyang Pengalaman

Hugua lahir di Pulau Tomia (masih dalam gugus kepulauan Wakatobi) pada 31 Desember 1962. Hugua adalah aktivis pada Yayasan Sintesa di Kendari lalu kemudian membangun yayasan sendiri bernama Bina Insani. Dia terkenal karena kepiawaiannya mendekati warga di wilayah-wilayah pesisir. Dia adalah Bupati yang merakyat. Dia bisa saja hadir dari rumah ke rumah.

Salah satu gagasannya yang diamini oleh para warga setempat adalah, solusi membangun rumah dengan menggunakan bahan kayu. Ini penting, supaya warga tidak lagi menggunakan batu karang. Tawaran yang bisa dipahami oleh warga setelah melalui pendekatan manusiawi. Secara berangsur-angsur, masyarakat yang sebelumnya menggunakan batu karang sebagai bahan untuk menimbun laut untuk membangun rumah tempat tinggal, akhirnya beralih ke bahan kayu.

Selain ketokohannya, dia juga adalah seorang negosiator dan manajer dengan pengalaman segudang sejak menjadi aktivis LSM. Salah satu kelebihannya adalah, kemampuannya memengaruhi donor dan sponsor pembangunan pada wilayah pesisir dan pulau kecil. Saat ini, berbagai lembaga telah diajak bekerjasama dalam memajukan Wakatobi. “Untuk yang satu ini, kita tidak boleh main-main. Kita harus punya bargaining position yang kuat terhadap donor. Mereka harus tunduk pada otoritas dan kebanggaan lokal” Ungkapnya saat kami bertemu di Hotel Banua Makassar tahun lalu.

“Namun demikian, kita sadar bahwa kita tidak bisa sendiri, karena itu diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak” Katanya saat itu. Lelaki beranak tiga ini sangat fasih berbahasa Inggris dan telah melanglang ke berbagai belahan dunia. Dia juga memberi nama anaknya dengan lokasi favoroit di dunia seperti, Ayu Berliner Hugua, Deden Sidney Hugua, Aira Dublin Hugua.

Beberapa momen penting yang diikutinya terkait promosi wisata dan lingkungan Wakatobi adalah berpartisipasi pada Coral Triangle Community Foundation (CTCF) atau yayasan komunitas segitiga terumbu karang di London Inggris dimana Wakatobi, masuk dalam wilayah segitiga karang dunai atau Coral Triangle. Dari bincang dengan staf Bappeda Wakatobi, saya peroleh informasi bahwa Hugua pernah diundang oleh pihak parlemen di Inggris untuk membicarakan pengembangan Wakatobi sebagai pusat penelitian kelautan internasional.

Jika ditanya mengapa Dia berhasil memimpin Wakatobi, itu karena dia terjun langsung bekerja dengan masyarakat. Dia tidak sungkan berbasah-basah dengan nelayan. Keikutsertaannya menemani stafnya (bukan sebaliknya) dan bertemu langsung dengan warganya adalah kunci kedekatannya dengan kebutuhan warga. Jika dia rela memanggul poster promosi tanpa ajudan, itu karena komitmen yang kuat pada masa depan daerahnya.

Bukan hanya itu, Hugua berhasil karena dia memahami filosofi pembangunan yang melayani, dia mengarusutamakan kondisi daerah yang berciri pesisir dan laut lalu meramunya dengan pengembangan kapasitas sumberdaya manusianya. “Jangan merusak sumberdaya hayati laut, karena itu merupakan modal pembangunan Wakatobi melalui perikanan dan pariwisata” Katanya pada suatu ketika saat kami berbincang tahun lalu. Saat itu dia sedang transit di Makassar untuk satu kunjungan ke luar negeri.

Figur Hugua bukanlah pimpinan biasa, dia luar biasa dengan gagasan yang cemerlang. Berhasil memadukan pembangunan infrastruktur dan supra struktur pembangunan melalui “capacity development”. Bukan hanya piawai memasarkan keunggulan lokalitas Wakatobi ke luar negeri tetapi juga menyelenggarakan pemerintahan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat. Dia telah mendorong bertemunya aras top down dengan pembangunan berbasis masyarakat.

Hugua adalah Bupati dengan karakter aktivis LSM yang prorakyat, bukan hal yang tidak mungkin jika kelak, warga Propinsi Sulawesi Tenggara membutuhkan sentuhan tangan dinginnya.